Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak hanya terkait dengan kecelakaan fisik, tetapi juga berhubungan erat dengan risiko penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja adalah kondisi kesehatan yang timbul sebagai hasil langsung dari pekerjaan atau lingkungan kerja. Artikel ini akan menjelaskan secara mendalam tentang penyakit akibat kerja, jenis-jenisnya, dan langkah-langkah pencegahan yang bisa diambil.
Apa Itu Penyakit Akibat Kerja?
Penyakit akibat kerja adalah gangguan kesehatan yang timbul karena paparan yang berkaitan dengan aktivitas pekerjaan. Ini bisa disebabkan oleh faktor fisik, kimia, biologi, atau bahkan psikososial di lingkungan kerja. Penyakit ini biasanya muncul setelah adanya paparan jangka panjang terhadap risiko tertentu di tempat kerja, meskipun dalam beberapa kasus bisa juga terjadi dalam waktu singkat.

Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya penyakit akibat kerja meliputi:
Paparan bahan kimia , contoh :
- Asap atau debu industri
- Pestisida
- Zat beracun, seperti timbal dan merkuri
Paparan Fisik, contoh :
- Kebisingan tingkat tinggi
- Radiasi ionisasi
- Medan magnet
- Tekanan ekstrem
- Suhu panas atau dingin berlebihan
Paparan Biologis, contoh:
- Infeksi menular antarpekerja
- Infeksi jamur, bakteri, atau virus dari hewan atau tanamanÂ
Faktor Ergonomis, contoh:
- Desain tempat kerja tidak standar
- Postur kerja yang buruk
- Beban fisik berlebihan
- Pencahayaan tidak sesuai
Faktor Psikososial, contoh :
- Stres kerja berkepanjangan
- Tekanan di tempat kerja
- Pekerjaan monoton
- Ketidakpuasan pekerjaan
Jenis-Jenis Penyakit Akibat Kerja
Beberapa penyakit akibat kerja yang sering ditemui antara lain:
1. Penyakit Pernapasan
Penyakit ini timbul akibat paparan debu, gas, asap, atau bahan kimia yang berbahaya di tempat kerja. Beberapa penyakit pernapasan yang umum akibat kerja meliputi:
- Pneumokoniosis: Penyakit paru-paru yang disebabkan oleh menghirup partikel debu.
- Asma akibat kerja: Penyakit asma yang timbul atau memburuk karena paparan zat di lingkungan kerja.
2. Penyakit Kulit
Paparan terhadap bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan dermatitis atau iritasi kulit. Misalnya, pekerja yang sering terpapar zat-zat kimia dalam industri manufaktur atau pertanian rentan terhadap penyakit ini.
3. Gangguan Pendengaran
Kebisingan berlebih di tempat kerja dapat menyebabkan gangguan pendengaran secara permanen. Industri seperti konstruksi, manufaktur, dan pertambangan sangat berisiko.
4. Gangguan Muskuloskeletal
Posisi kerja yang salah atau pengulangan gerakan yang sama terus-menerus dapat menyebabkan gangguan otot dan tulang, seperti carpal tunnel syndrome dan nyeri punggung.
5. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Tekanan mental dan stres tinggi di tempat kerja juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan hipertensi. Pekerjaan yang melibatkan beban kerja tinggi atau tekanan waktu sering kali memicu penyakit ini.
6. Penyakit Kanker
Paparan zat-zat karsinogenik seperti asbes dan radiasi dapat meningkatkan risiko kanker, seperti kanker paru-paru dan kanker kulit.
7. Gangguan Mental
Gangguan mental sebagai penyakit akibat kerja adalah masalah kesehatan mental yang timbul atau diperburuk oleh faktor-faktor seperti stres dan tekanan di tempat kerja.
Jenis gangguan mental yang paling sering ditemui yakni gangguan stres pascatrauma (PTSD). PTSD dapat memengaruhi pekerja di lingkungan kerja dengan tekanan tinggi, termasuk satuan pengamanan, polisi, atau tentara.
Dampak Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik pekerja, tetapi juga dapat memengaruhi produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan. Beberapa dampak signifikan meliputi:
- Kerugian finansial karena biaya perawatan medis dan kehilangan pendapatan akibat ketidakmampuan untuk bekerja.
- Kehilangan produktivitas baik untuk pekerja maupun perusahaan.
- Menurunnya kualitas hidup pekerja karena harus menanggung beban penyakit yang berkepanjangan.
Cara Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Pencegahan penyakit akibat kerja harus menjadi prioritas dalam setiap tempat kerja. Berikut beberapa langkah pencegahan yang bisa diambil:
1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
APD seperti masker, sarung tangan, kacamata pelindung, dan pelindung telinga dapat membantu melindungi pekerja dari paparan bahan berbahaya atau kebisingan.
2. Pelatihan dan Edukasi Karyawan
Memberikan pelatihan tentang potensi bahaya di tempat kerja dan cara mengatasinya dapat membantu mengurangi risiko penyakit akibat kerja. Pekerja perlu tahu cara menggunakan APD dengan benar serta langkah-langkah keselamatan lainnya.
3. Pengawasan Lingkungan Kerja
Pemantauan secara rutin terhadap faktor-faktor risiko di lingkungan kerja, seperti kualitas udara, kebisingan, dan kondisi ergonomis, penting untuk mencegah penyakit akibat kerja.
4. Perbaikan Ergonomi
Pastikan posisi kerja yang nyaman dan sesuai dengan prinsip ergonomi untuk mengurangi risiko cedera otot dan tulang. Pengaturan meja, kursi, dan alat kerja harus diperhatikan dengan baik.
5. Manajemen Stres
Stres kerja yang berlebihan bisa memicu penyakit seperti tekanan darah tinggi dan gangguan psikologis. Menerapkan manajemen stres di tempat kerja, seperti menyediakan ruang istirahat yang nyaman atau sesi konseling, bisa sangat membantu.
6. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan secara berkala dapat mendeteksi dini penyakit akibat kerja sebelum menjadi lebih parah. Deteksi dini memungkinkan penanganan lebih cepat dan efektif.
Peran Perusahaan dalam Mencegah Penyakit Akibat Kerja
Perusahaan memiliki tanggung jawab besar dalam melindungi kesehatan pekerjanya. Beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah:
- Menerapkan sistem manajemen K3 yang efektif.
- Mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya di tempat kerja melalui teknologi atau prosedur yang lebih aman.
- Melakukan audit kesehatan kerja secara berkala untuk memastikan kondisi kerja tetap aman dan sesuai standar.
- Memberikan kompensasi bagi pekerja yang terkena dampak penyakit akibat kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kesimpulan
Penyakit akibat kerja adalah ancaman serius yang dapat merugikan kesehatan pekerja dan produktivitas perusahaan. Namun, dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat seperti penggunaan APD, pelatihan, dan pengawasan lingkungan kerja, risiko penyakit ini bisa diminimalkan. Baik pekerja maupun perusahaan harus berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, demi kesejahteraan bersama.
Referensi :
Halo Sehat
Kemnaker
